Kamis, 25 Oktober 2018

Laporan Praktikum Bahan anti getar dan Bahan pengisi


LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
BAHAN ANTI GETAR DAN BAHAN PENGISI


DOSEN PENGAMPU :
Ir.INDRIYANI

ASISTEN DOSEN :
KHOIRI RAMADHAN SYAHPUTRA
RUSMAININGSIH

OLEH :
BELLA SHANIA
J1A116030
THP R002
KELOMPOK 3/SIFT 2

JURASAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
20018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
            Pengemasan adalah teknologi untuk mewadahi atau melindungi produk selama distribusi atau melindungi produk selama distribusi, penyimpanan, penjualan dan pemakaian. Pengemasan berfungsi sebagai membungkus (berhubungan dengan produk), melindungi (kualitas, keamanan, dan kesegaran), saran informasi (grafik dan label) dan manfaat kegunaan atau kemudahannya.
            Bahan pengemasan sangat bervariasi serta teknologi pengemasan yang semakin canggih dapat diaplikasikan pada semua bahan atau produk yang akan dikemas sesuai dengan karakteristik bahan atau produk yang akan dikemas. Bahan kemas yang biasanya digunakan adalah kertas, plastic, glass, fiber dan bahan lainnya seperti vakum dan bentuk kemasan yang lainnya.
            Sama halnya dengan bahan elektronik, setiap barang jenis memiliki cara penangannya yang berbeda-bedadalam hal pengemasan, terlebih  apabila barang tersebut merupakan bahan yang mudah pecah seperti tv, blender, laptap, dan yang lain-lain. Tujuan utama dari pengemasan adalah untuk membuat benda didlamnya menjadi lebih baik dari resiko keamanan/kemasan luar, perlu diketahui karakteristik barang perlindungan kemasan adalah untuk membuat bahan penggunaan pengental dengan dipelajari bahan perlindungan bahan anti getar serta bahan pengisi yang digunakan dalam pengemasan ini.

1.2              Tujuan
            Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud bahan anti getar dan bahan pengisi beserta contoh dari bahan anti getar dan bahan pengisi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Anti Getar
            Bahan anti getar adalah bahan yang sengaja ditambahkan pada bahan kemas yang bertujuan untuk melindungi bahan selama perjalanan dan transfortasi. Vibrasi (getaran) yang dapat diakibatkan kerusakan pada bahan atau kemasan selama dalam perjalanan atau distribusi untuk menanggulanginya dapat digunakan bahan anti getar (Julianti dan Nurminah, 2006).

2.1.1 Kardus
            Kardus atau Corrugated Paper sebagai sebuah bahan dasar kemasan memiliki daur hidup yang sangat singkat, dihargai hanya selama proses distribusi produk dari produsen kekonsumen berlangsung. Material kardus untuk saat ini dipandang sebagai kebutuhan sekunder dalam suatu proses produksi industri. Kenyataannya kardus sangat rasionil dan potensial dalam satu rekayasa desain, memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai bahan baku utama. Kardus pada umumnya dipakai untuk kotak sebelah luar. Dipakai untuk melindungi produk selama penyimpanan di gudang, pengiriman, transportasi, dan distribusi. Kemasan ini terdiri dari 3 (tiga) lapisan, yaitu liner dalam, karton gelombang (flute), dan liner luar. Namun dapat juga dijumpai dalam 2 (dua) lapisan, yaitu liner dan karton gelombang saja. Kardus sifatnya lebih kuat dan lebih tebal daripada kertas biasa. Namun kelemahannya adalah rentan terhadap kelembapan dan tidak tahan air. Kardus merupakan salah satu rekayasa dibidang teknologi material untuk memenuhi beberapa kegiatan dan kebutuhan seperti ekonomis dan mudah didaur ulang dan kardus membutuhkan daya tahan yang lebih tinggi (Allbert jones, 1986).

2.1.2 Bubble wrap
            Bubble wrap adalah bahan plastic lentur transparan yang biasa digunakan untuk mengemas barang-barang seperti pecah belah dari guncangan/jatuh. Bubble wraf wrap umumnya terbuat dari film polyethylene (LPDE). Didesain terikat pada sisi datar sehingga menciptakan gelembung udara. Bubble wraf berfungsi sebagai peredam benturan atau goncangan. Biasanya ditaruh dalam kemasan yang berisi barang-barang pecah belah atau mengalami kerusakan sebagai bantalan untuk perlindungan tambahan. Bubble wrap perlu ditambahkan untuk menghindari kerusakan yang mungkin menimbulkan perpecahan saat barang dipindah atau dalam perjalanan pengiriman. Bubble wrap memiliki berbagai macam ukuran tergantung jenis barang yang akan dikemas. Banyaknya lapisan yang digunakan juga disesuaikan dari tingkat yang dibutuhkan (Ida Subandi, 2012).

2.1.3 Styrofoam
Styrofoam adalah bahan yang dibentuk dari polysterene dengan cara menghembuskan udara pada polysterene dalam kondisi panas sehingga menghasilkan foam dengan kandungan udara mencapai 95% sehingga berat satuan Styrofoam cukup rendah berkisar antara 15-22 Kg/𝑚3. Beton Styrofoam merupakan salah satu beton ringan yang dibentuk dari campuran semen, agregat halus, agregat kasar dan butiran Styrofoam. Styrofoam berasal dari kata styrene (zat kimia bahan dasar), dan foam (busa/buih). Bentuknya sangat ringan, karena kandungan di dalam nya 95% udara dan 5% Styrene. Pembentukan polystyrene dari styrene (monomer) kemudian Dihembuskan udara kedalam polystyrene dengan menggunakan CFC (Cloro Fluro Carbon) sebagai blowing agent. Sifat styrene dapat larut dalam panas, lemak, alkohol/aseton, vitamin A (Toluene), dan susu. Itulah sebabnya jangan gunakan styrofoam untuk wadah makanan atau minuman yang dapat melarutkan styrene. Hal ini dapat mengakibatkan styrene yang larut mengkontaminasi makanan atau minuman dapat termakan oleh kita sehingga tanpa di sadari styrene masuk ke dalam tubuh kita. Styrene merupakan zat kimia yang bersifat neurotoxic (menyerang syaraf) Sulchan, 2007).



2.2 Bahan Pengisi
            Bahan pengisi merupakan bahan yang sengaja dijejalkan kedalam bahan yang berfungsi untuk melindungi bahan dari gesekan antar bahan. Biasanya bahan pengisi digunakan bersamaan dengan bahan anti getar. Bahan pengisi juga berfungsi untuk penguat kemasan yang dihasilkan dengan cara pengerasan oleh bahan berserat dan meningkatkan kekuatan. Contoh dari bahan pengisi adalah kapas, serat kayu dan lainnya. Penggunaan bahan pengisi secara luas dapat menghasilkan perubahan nberikut dalam sifat-sifat thermoplastic suatu matrik polimer yaitu bertambahnya densitas, Bertambahnya modulus elastis pemadatan dan pengerasan bahan, berkurangnya penyusutan bahan, peningkatan kekuatan kualitas permukaan (Julianti dan Nurminah, 2006).

2.2.1 Plastik
Plastik merupakan bahan yang terbentuk dari produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer sendiri adalah adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis disebut homopolimer, dan jika monomernya berbeda akan menghasilkan kopolimer. Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar. Bahan baku pembuatan plastik adalah minyak dan gas sebagai sumber alami. Dalam perkembangannya minyak dan gas ini mulai digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Wiranto, 1989).


2.2.2 Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit yang membungkus butiran beras, dimana kulit padi akan terpisah dan menjadi limbah atau buangan. Jika sekam padi dibakar akan menghasilkan abu sekam padi. Secara tradisional, abu sekam padi digunakan sebagai bahan pencuci alat-alat dapur dan bahan bakar dalam pembuatan batu bata. Penggilingan padi selalu menghasilkan kulit gabah / sekam padi yang cukup banyak yang akan menjadi material sisa. Ketika bulir padi digiling, 78% dari beratnya akan menjadi beras dan akan menghasilkan 22% berat kulit sekam. Pada keadaan normal, sekam berperan penting melindungi biji beras dari kerusakan yang disebabkan oleh serangan jamur secara tidak langsung, melindungi biji dan juga menjadi penghalang terhadap penyusupan jamur ( Amelia, E Maulana 2009).




BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 September 2018 berlangsung pada pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai, bertempat dilaboroturium Universitas Jambi Pondok Meja.

3.2 Alat dan Bahan
            Pada praktikum ini alat-alat yang digunakan adalah alat tulis sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kemasan kardus, tepek telur (tempat penyusun telur) dan babble wrap yang termasuk dalam jenis bahan anti getar.

3.3 Prosedur Kerja
            Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dipersentasikan jenis kemasan yang dibawa oleh praktikan sesuai dengan prosedur yaitu bahan anti getar. Dijelaskan setiap jenis, fungsi, kelebihan/keuntungan dan kekurangan dari setiap jenis kemasan tersebut. Diambil foto untuk setiap bagian kemasan dan dilampirkan pada hasil serta lampiran akhir.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Presentasi Setiap Kelompok
No
Jenis Bahan
Fungsi
Kelebihan
Kekurangan
1

Kardus
Kardus berfungsi sebagai Pengemas barang

-Untuk mengemas barang
-Mencegah kerusakan didalam
-Menahan tekanan dari luar
- Mudah rusak jika terkena air
-Mudah Penyok
2

Tepek Telur
Sebagai penyangga jika telur tidak saling berbenturan
-Meminimalisir benturan terhadap telur
-Mencegah agar telur tidak pecah
-Dapat didaur ulang
-Tidak tahan air
-Mudah robek
3

Lapisan Lilin
Sebagai Pelapis atau pelindung buah
-Sebagai pengemas buah-buahan
-Mencegah debu masuk
-Mudah Robek
-Tidak tahan lama
4

Srefoam

Sebagai pengemas barang dari luar
-Mencegah kerusakan
-Menahan tekanan dari luar
-Mudah robek
-Tidak Tahan lama
5

Babble Wraf
Sebagai pengemas barang
-Melindungi barang dari benturan
-Melindungi dari air
-Mudah robek jika sudah lama
-Mudah pecah-pecah bersifat elastis
6

Busa Pelindung
Sebagai pelindung barang yang ada didalamnya
-Melindungi terjadinya kerusakan barang
-Mencegah terjadinya benturan dari luar
-Tidak tahan lama
-Mudah robek
7

Sekam Padi
Sebagai bahan pengisi
-Dapat melindungi telur yang didalam
-Mencegah telur pecah
-Tidak tahan lama
-Dapat terkena kulit karena sekam tajam
8

Kardus pelapis
Sebagai pelapis didalamnya
-Mencegah terjadinya benturan dari dalam
-Muadah sobek/rusak
-Tidak tahan air
9

Gumpalan Kertas
Sebagai bahan pengisi barang
-Dapat membuat barang terlihat lebih besar
-Mudah sobek
10

Plastik
Sebagai bahan pengisi
-Dapat membuat barang didalamnya terlihat besar
-Mudah sebok
4.2 Pembahasan
                       Setiap jenis barang memiliki penanganan yang berbeda-beda dalam hal pengemasan, terlebih barang tersebut dari kaca/gelas yang mudah pecah. Tujuan utama pengemasan, pemberian bahan anti getar dan bahan pengisi adalah untuk membuat benda didalam atau diluarnya menjadi lebih aman dari resiko kerusakan, seperti contohnya jatuh atau terbentur. Selain itu juga berfungsi sebagai bahan penambah nilai estetika dan privasi dari bahan yang dikemas.
   Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bahan anti getar yaitu kardus, babble wraf, dan tepek telur. Kemasan luar yaitu kardus, pada kardus yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kardus karton. Dalam perdagangan kertas karton/kardus disebut juga sebagai corgugated box dan digunakan untuk mengemas barang pangan ataupun elektronik, bahan hasil pertanian. Banyak jenis kemasan kardus contohnya yang digunakan pada praktikum ini yaitu jenis kardus karton yang digunakan untuk pengisi produk gelas kaca. Kemasan kardus yang digunakan produk kaca didalamnya yaitu jenis kardus single wall yang terdapat pada kotak luar kemasan, sedangkan doble wall digunakan pada bahan anti getar dimana kekuatannya tergantung dari pada banyaknya lapisan flute dan linearnya. Semakin banyak lapisan maka semakin kuat yang digunakan untuk menekan menahan tekana. Umumnya anti getar pada bagian atas dan bawah karena bagian ini rentan akan benturan dan tekanan akibat tumpukan sehingga sehingga bagian yang perlu yaitu lebih kuat dan lebih tebal agar gelas didalamnya tidak goyang dan tidak pecah. Kelebihan lain yang digunakan dalam bahan kardus yaitu untuk mengemas barang, untuk mencegah kerusakan yang ada didalamnya. Terdapat juga kekurangan yang dimiliki kardus adalah jika terkena air maka lebih mudah rusak dan jika terkena benturan  maka kardus tersebut lebih muda rusak dan penyok.
            Bahan anti getar lainnya adalah bahan plastic lentur transparan yang biasanya digunakan untuk mengemas barang-barang yaitu babble wraf. Berbentuk menonjol berisi udara (gelebung) dan memberikan perlindungan maksimal untuk barang tersebut. Bable wraf memiliki fungsi untuk meredam getaran dari benda yang dilapisinya namun babble wraf tidak dicancang untuk bahan yang lebih kecil. Kelebihan babble wraf yaitu untuk melindungi barang dari benturan, melindungi barang dari air dan terdapat kekurangna pada babble wraf yaitu mudah robek jika babble wraf  tersebut sudah terlalu lama, tidak bisa digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama dan tidak tahan terhadap panas.
            Bahan anti getar yang selanjutnya yaitu tepek telur. Tepek telur ini digunakan sebagai penyokong pada telur agar telur tersebut tidak terjadi pecah apabila adanya benturan atau getaran. Kelebihan telur adalah meminimalisir benturan antar telur, mencegah telur agar tidak pecah atau terjatuh saat dalam distribusi kemudian dapat didaur ulang. Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh telur yaitu tidak tahan terhadap air dan mudah robek.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
                     Pada praktikum ini maka dapat disimpulkan bahan anti getar adalah bahan yang sengaja ditambahkan pada bahan kemas yang bertujuan untuk melindungi bahan selama dalam pendistribusian diperjalanan dan transfortasi. Sedangkan bahan pengisi adalah bahan yang sengaja dijejalkan kedalam bahan yang berfungsi untuk melindungi bahan yang ada didalamnya agar tidak terjadinya gesekan. Contoh dalam bahan anti getar yaitu kardus, tepek telur, sterofoam dan babble wraf sedangkan bahan pengisi yaitu sekam padi, potongan kertas, lapisan lilin, busa pelindung dan plastik.

5.2 Saran
        Disarankan pada praktikum ini agar lebih teliti dan lebih lahi mencari bahan yang menyinggung produk pangan.


DAFTAR PUSTAKA

Albert Jones, 1986. Modul Praktikum Teknologi Pengolahan Pangan. Padang : ATIP

Amelia E. Maulana, 2009. Consumer insight via Entaughtraphy. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Ida Subanda Ibrahim, 2012. Penjelasan tentang Bublle wraf sebagai Bahan Anti Getar. Bandung : Penerbit Simbiosa Rekatama Media.

Julianti, Nurmiah. 2016 . Teknologi Pengemasan. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Sumatra Utara.

Sulchan, 2007. Teknologi Pengemasan. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Sumatra Utara. Sumatra Utara

Wiranto, 1989. Teknologi Pengemasan Plastik. Universitas Sumatra Utara. Sumatra Utara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar