BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Indonesia, sebagai sebuah bangsa,
terbentuk dari aneka kultur dan struktur social yang berbeda-beda. Berbeda
dengan Jepang ataupun Korea, Indonesia memiliki kultur yang tidak homogen.
Bahkan, untuk wilayah Papua saja terdapat kurang lebih 132 suku bangsa dan
bahasa yang berlainan. Itu belum lagi sistem sosial dan budaya yang terdapat di
pulau-pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan lainnya.
Indonesia
merupakan sebuah ide yang dibentuk oleh para founding fathers guna mempersatukan
wilayah-wilayah nusantara ke dalam ikatan nasional yang lebih besar secara
politik. Tatkala seseorang mempelajari budaya Sekaten di Keraton Yogyakarta,
dapat saja dikatakan bahwa ia tengah mempelajari budaya Indonesia. Atau, dikala
seorang peneliti mempelajari budaya pemeliharaan tanaman hutan pada Suku Kubu
di Jambi, ia juga dikatakan tengah mempelajari budaya Indonesia. Yogyakarta dan
Jambi merupakan dua wilayah yang terikat ke dalam sebuah nasional yang bernama
Indonesia.
Begitu
juga ketika sesorang mengkaji suku sasak di pulau Lombok, itu juga termasuk
telah mempelajari budaya Indonesia, karena Lombok merupakan salah satu pulau
berpenghuni yang berada dalam lingkaran ribuan gugusan kepulauan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berdasarkan
uraian di atas, maka penulisan maaklah ini difokuskan pada masyarakat dan
kebudayaan suku sasak di pulau Lombok Nusa Tenggara Barat.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas penyusun dapat merumuskan beberapa rumusan masalah yang berkenaan
dengan hal tersebut, diantaranya adalah:
Ø Bagaimana
sejarah suku sasak ?.
Ø Bagaimana adat
istiadat dan kebudayaan suku sasak ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai
dalam penyusunan makalah ini, diantaranya adalah:
·
Untuk mengetahui sejarah dari suku
sasak.
·
Untuk mngetahui adat istiadan dan
kebudayaan dari suku sasak.
BAB 11
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Budaya
Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk system agama dan politik, adat istiadat,
pakaian, bahasa, dan seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.
Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam"
di Jepang dan
"kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan duniamakna dan
nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu
kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku
dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
2. Pulau Lombok
Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggarayang
terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di
sebelat barat dan Selat Alas di
sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan
semacam "ekor" di sisi barat dayayang
panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km²,
menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama
di pulau ini adalah Kota Mataram, dengan
jumlah penduduk pada tahun 2001: 2.722.123
jiwa.
Pulau
ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya mencapai
3.726 meter di atas permukaan laut dan menjadikannya yang ketiga tertinggi di
Indonesia. Gunung ini terakhir meletus pada bulan Juni-Juli 1994. Pada tahun 1997 kawasan gunung dan danau Segara Anak ditengahnya
dinyatakan dilindungi oleh pemerintah. Daerah selatan pulau ini sebagian besar
terdiri atas tanah subur yang dimanfaatkan untuk pertanian, komoditas yang
biasanya ditanam di daerah ini antara lain jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan
pulau ini sendiri dibagi menjadi 4kabupaten dan 1 kotamadya:
·
Kabupaten
lombok barat
·
Kabupaten
Lombok tenggah
·
Kabupaten Lombok timur
·
Kabupaten
Lombok utara
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Sejarah suku sasak
Era
Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data
dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah
lombok. Suku Sasak temasuk dalam ras tipe
melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan
diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu,
dengan demikian perdagangn antar pulau sudah aktif terjadi sejak zaman tesebut
dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antar budaya juga telah menyebar.
LOMB0K
MIRAH SASAK ADI merupakan salah satu kutipan dari kitab Negara kertagama,
sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan pemerintahaan kerajaan
Majapahit. Kata Lombok
dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, kata mirah berarti permata, kata
sasak berarti kenyataan, dan kata adi artinya yang baik atau yang utama maka
arti keseluruhan yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama.
Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah
lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan
dilestariakan oleh anak cucunya.Dalam kitab – kitab lama, nama Lombok dijumpai
disebut Lombok
mirah dan Lombok
adi beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi selaparang atau selapawis.
Asal-usul
penduduk pulau Lombok terdapat beberapa Versi salah satunya yaitu Kata sasak
secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata sah yang berarti
pergi dan shaka yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang
sasak ( Lombok
). Dari etimologis ini diduga leluhur orang sasak adalah orang Jawa, terbukti
pula dari tulisan sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa
yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan sasak.
Etnis
Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak merupakan etnis utama
meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa
berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku sasak
sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX sampai XI masehi, Kata sasak pada prasasti
tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang
Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi sasak yang berarti
tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang sasak.
Sejarah
Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan dan peperangan yang
terjadi di dalamnya baik konflik internal, yaitu peperangan antar kerjaan di
lombok maupun ekternal yaitu penguasaan dari kerajaan dari luar pulau Lombok.
Perkembangan era Hindu, Budha, memunculkan beberapa kerajaan seperti selaparang
Hindu, Bayan. Kereajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya di tundukan oleh
penguasaan kerajaan Majapahit dari ekspedisi Gajah Mada pada abad XIII – XIV
dan penguasaan kerajaan Gel – Gel dari Bali pada abad VI.
Antara Jawa, Bali dan Lombok mempunyai beberapa kesamaan budaya seperti dalam bahasa dan
tulisan jika di telusuri asal – usul mereka banyak berakar dari Hindu Jawa hal
itu tidak lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan Majapahit yang kemungkinan
mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah atau membangun kerajaan di
Lombok.
Pengaruh
Bali memang sangat kental dalam kebudayaan Lombok hal tersebut tidak lepas dari
ekspansi yang dilakukan kerajaan Bali sekitar tahun 1740 di bagian barat pulau
Lombok dalam waktu yang cukup lama.
Sehingga banyak terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan kebudayaan kaum
pendatang hal tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre campuran
dalam kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal atau diambil
dari tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan Bali saling mengambil
dan meminjam dan terciptalah genre kesenian baru yang menarik dan saling
melengkapi
Gumi
sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam yang
melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Islam masuk ke Lombok sepanjang abad XVI ada beberapa
versi masuknya Islam ke Lombok yang pertama berasal dari Jawa masuk lewat Lombok timur. Yang kedua pengIslaman
berasal dari Makassar dan Sumbawa ketika ajaran tersebut diterima oleh kaum
bangsawan ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke kerajaan – kerajaan di Lombok timur dan Lombok tengah.
Mayoritas
etnis sasak beragama Islam, namun demikian dalam kenyataanya pengaruh Islam
juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti
waktu telu, jika dianalogikan seperti abangan di pulau Lombok saja khususnya di kota Mataram.Jawa.
Pada saat ini keberadaan waktu telu sudah tidak kurang mendapat tempat karena
tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh Islam yang kuat menggeser kekuasaan
Hindu di pulau Lombok,
hingga saat ini dapat dilihat keberadaannya hanya di bagian barat
Silih
bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan masuknya pengaruh budaya lain membawa dampak semakin
kaya dan beragamnya khasanah kebudayaan sasak. Sebagai bentuk dari
Pertemuan(difusi, akulturasi, inkulturasi) kebudayaan. Seperti dalam hal
Kesenian, bentuk kesenian di lombok sangat beragam.Kesenian asli dan pendatang
saling melengakapi sehingga tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang paling
terasa berakulturasi dengan kesenian lokal yaitu kesenian bali dan pengaruh
kebudayaan islam. Keduanya membawa Kontribusi yang besar terhadap perkembangan
ksenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat ini. Implementasi dari
pertemuan kebudayaan dalam bidang kesenian yaitu, Yang merupakan pengaruh Bali
; Kesenian Cepung, cupak gerantang, Tari jangger, Gamelan Thokol, dan yang
merupakan pengaru Islam yaitu Kesenian Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak, Gamelan
Rebana.
Suku
bangsa sasak yang memdiami pulau Lombok menggunakan bahasa daerah sasak. Pada umumnya bahasa daerah
sasak dibagi dua yaitu bahasa halus dan bahasa jamaq. Bahasa halus digunakan
untuk berbicara dengan yang lebih tua, orang tua dan dengan golongan bangsawan
sasak. Sedangkan bahasa jamak digunakan dalam bahasa sehari – hari terutama dalam
pergaulan masyarakat biasa. Masyarakat suku sasak dalam stratifikasi sosialnya
dibagi dua kelompok yaitu golongan bangsawan atau permenak dan kelompok rakyat
biasa yang disebut jajar karang atau kaula. Perbedaan stratifikasi sosial
sangat terlihat dalam prosesi upacara, seperti pada upacara sorong serah aji
krama yaitu salah satu bagian dari upacara perkawinan adat sasak. Aji krama (
tingkat keutamaan ) golongan bangsawan mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan
golongan kaula dan pelaksanaan tata upacara lebih rumit dibandingkan tata cara
perkawinan kalangan masyarakat biasa. Namun pada saat ini perbedaan
stratifikasi sosial tidak seketat dulu hal ini tidak lepas dari pengaruh
modernisasi.
2.
Agama Suku Sasak
Sebagian
besar penduduk pulau Lombok terutama suku Sasak menganut agama Islam(pulau Lombok
juga dikenal dengan sebutan pulau seribu masjid).
Agama
kedua terbesar yang dianut di pulau ini adalah agama Hindu, yang dipeluk oleh para penduduk keturunan Bali yang berjumlah sekitar 15% dari seluruh populasi di
sana. Penganut Kristen, Buddha dan agama lainnya juga dapat dijumpai, dan terutama
dipeluk oleh para pendatang dari berbagai suku dan etnis yang bermukim di pulau
ini.
Organisasi
keagamaan terbesar di Lombok adalah Nahdlatul Wathan (NW), organisasi ini juga
banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan berbagai level dari tingkat
terendah hingga perguruan tinggi.
Di
Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di daerah Bayan, terutama di kalangan mereka yang berusia lanjut, masih
dapat dijumpai para penganut aliran Islam Wetu Telu (waktu tiga). Tidak seperti
umumnya penganut ajaran Islam yang melakukan salat lima kali dalam sehari, para penganut ajaran ini
mempraktikan salat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini terjadi
karena penyebar Islam saat itu mengajarkan Islam secara bertahap dan karena suatu
hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya.
Terdapat juga sebuah kumpulan kecil orang sasak yang
disebut Bodha (jumlah: ± 8000 orang) yang menduduki kampung
Bentek dan di curam Gunung Rinjani. Agama
mereka tidak mempunyai pengaruh Islam dan amalan utama mereka adalah memuja
dewa-dewaanimisme. Ajaran agama Hindu dan Buddha juga dimasukkan di dalam upacara agama mereka.
Agama Bodha mempercayai adanya lima tuhan yang besar,
yang paling tinggi dikenali sebagai Batara Guru. Tuhan yang lain adalah Batara
Sakti dan Batara Jeneng bersama isteri mereka Idadari Sakti dan Idadari Jeneng.
Namun kini, penganut agama Bodha sedang diajarkan mengenai agama Buddha yang
ortodoks oleh sami-sami yang dihantar oleh persatuan besar Buddha terbesar
negara Indonesia.
3.
Bahasa
Disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
penduduk pulau Lombok (terutama suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak (bahasa asli) sebagai bahasa
utama dalam percakapan sehari-hari. Di seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak
dapat dijumpai dalam empat macam dialek yang berbeda yakni dialek Lombok utara
, tengah, timur laut dan tenggara. Selain itu dengan banyaknya penduduk
suku Bali yang berdiam di Lombok
(sebagian besar berasal dari eks Kerajaan Karangasem), di beberapa tempat terutama
di Lombok
Barat danKotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan
yang menggunakan bahasa
Bali sebagai bahasa percakapan
sehari-hari.
4.
Mata
Pencaharian
Mata pencaharian penduduk suku Sasak
berasal dari sektor pertanian dengan daerah tersebur diwilayah kabupaten lombok
timur, selain itu juga dalam bidang peternakan dan hanya sebagian kecil bermata
pencahariannya dari Pariwis
5. Kebudayaan
1. Adat istiadat kelahiran
Anak
merupakan sesuatu yang sangat didambakan bagi pasangan suami istri, begitu pula
dengan masyarakat sasak. Ketika mendapatkan seorang anak (melahirkan anak)
masyarakat sasak umumnya melakukan berbagai upacara untuk mensyukuri kelahiran
anaknya. Berikut adalah berbagai Upacara Kelahiran yang
dilakukan oleh masyarakat sasak sebelum dan ketika telah melahirkan anak.
·
BRETES
Upacara
bretes dilakukan setelah usia kandungan tujuh bulan dengan maksud memberikan
keselamatan kepada ibu dan calon banyinya. Setelah banyi lahir, ari-arinya
diperlakukan sama dengan sang banyi, karena menurut mereka ari-ari adalah
saudara sang banyi yang oleh orang-orang Sasak disebut adik-kakak, berarti bayi
dan ari-arinya adalah adik-kakak.
Setelah
ari-ari dibersihkan kemudian di masukkan ke dalam periuk atau tempurung kelapa
setengah tua yang sudah dibuang airnya kemudian ditanam di wilayah penirisan
yang diberi tanda dengan gundukan tanah seperti kuburan. Sebagai batu nisannya
dipergunakan bambu kecil berlubang yang diletakkan berdampingan dengan lekesan daun sirih yang
sudah digulung dan diikat dengan benang putih, pinang, kapur sirih dan rokok
tradisional. Semua kelengkapan tadi ditata dalam rondon. Rondon tersebut dari daun pisang yang
berbentuk segi empat menyerupai kotak.
·
MELAHIRKAN ANAK
Setelah
itu mengadakan sesaji atau selamatan melalui upacara tertentu yang
berkaitan aktivitas kehidupan mereka sehari-hari, sebagai mana halnya yang
dilakukan wanita Sasak apabila melahirkan, maka suaminya segera mencari belian
(dukun beranak) yang mengetahui seluk beluk melahirkan tersebut.
Dalam
melahirkan, apabila calon ibu kesulitan dalam melahirkan maka belian atau dukun
beranak menafsikan bahwa tingkah laku sang ibu sebelum hamil, misalnya kasar
terhadap suami atau ibunya, untuk itu diadakan upacara seperti menginjak
ubun-ubun, meminum air bekas cuci tangan yang disertai dengan mantra dan
sebagainya agar mempercepat kelahiran sang bayi.
·
MOLANG MALIK
Pada saat
bayi berumur tujuh hari diadakan upacara molang malik (membuang
sial) diperkirakan dalam usia tersebut pusar bayi telah gugur. Pada kesempatan
itulah sang bayi diberi nama dan diperbolehkan keluar rumah. Belian (dukun beranak) mengoleskan sepah
sirih di atas dada dan dahi sang bayi maupun ibunya. Di beberapa tempat di
Lombok selain upacara molang malik dikenal juga upacara pedak api yang pada hakikatnya bertujuan sama.
Prosesi pelaksanaan pedaq api adalah :
-
Mem-boreh sang ibu dengan boreh yang sudah diramu
atau di haluskan dan diberi doa oleh dukun beranak.
-
Setelah selesai memboreh lalu dukun menyiapkan bara
api yang terbuat dari sabut kelap yang di taburi kemenyan dari daun lemundi
(sejenis tumbuhan pardu).
-
Ibu bayi menggunkan kain secara berkembeng (kain sampai batas dada) sambil
menggendong bayinya dan berdiri diatas bara api dan kemudian dukun memberinya
doa / mantra.
-
Setelah dukun beranak atau belian selesai berdoa
bara api disiram dengan air bunga rampai (medak api)
-
Kemudian sang ibu menyembe’ dan menjam-jam (mendoakan si bayi menurut kehendak
sang ibu). Hal ini dilakukan apabila tali pusar sang bayi sudah kering dan
terlepas dari pusarnya.
Pada saat itu juga diadakan upacara turun tanah (turun gumi) dengan
menurunkan bayi tersebut sebanyak tujuh kali ke atas tanah. Bertepatan dengan
ini juga diadakan pemberian nama pada si bayi. Untuk bayi perempuan diturunkan
bilamana terdapat alat nyesek(menenun) dan
untuk bayi laki-laki diturunkan bilamana terdapat tenggele/bajak (alat pertanian). Umumnya
dibeberapa tempat, si bayi yang melangsungkan upacara pedaq api digendong
memakai umbaq (lempot). Bila bayinya perempuan maka yang dipakai adalah umbaq
yang dipakai milik ayah, sedangkan jika laki-laki maka yang dipakai adalah
umbaq milik ibunya.
Bagi orang Sasak, pusar si bayi yang sudah jatuh
disimpan dan dibungkus dengan kain putih dan kemudian dimasukkan ke dalam
tabung perak atau kuningan untuk dijadikan azimat. Selain itu air bekas siraman
pusar bisa dijadikan obat apabila si anak sakit mata.
·
NGURISANG
Upacara
ini sangat penting artinya bagi sebuah keluarga, rambut yang di bawa dari dalam
kandungan di sebut bulu panas, maka harus dihilangkan. Untuk itu masyarakat
Sasak melakukan selamatan, doa atau upacara sederhana yang disebut ngurisang.
Pada upacara ini pihak keluarga mengundang para tokoh agama, tokoh masyarakat,
dan tokoh adat untuk membacakan selakarang yang
terdiri dari untaian do’a dan Shalawat Nabi.
Biasanya
seorang laki-laki atau ayahnya menggendong bayi tersebut sambil berjalan
berkeliling dihadapkan orang–orang yang sedang membacakan selakaran serta
masing –masing yang hadir memotong sedikit rambut sang bayi dengan gunting yang
direndam dalam air bunga. Pada upacara ini dikenakan sabuk pemalik yakni alat
yang dipergunakan untuk menggendong si bayi. Sabuk pemalik dianggap keramat
karena proses pembuatan dan penyimpanannya berdo’a.
Upacara
ngurisang biasanya diadakan secara besar-besaran dan diikuti dengan upacara
bekekah yaitu memotong hewan kurban di sebut begawe kekah. Sering kali
terkadang pelaksanaan bekuris agak mundur karena terkait dengan finansial.
Namun jika tidak mampu cukup pergi ke dukun beranak yang telah membantu
kelahirannya. Dalam hal ini cukup mengantar sesaji (andang-andang) dan sabuk
katik (sejenis umbak tepi berukuran kecil dengan bentuk masih bersambung).
Sabuk ketiq di masyarakat Sasak disebut Lempot puset atau sabuk kuning.
Beberapa
kelompok masyarakat ada yang melaksanakan upacara ngurisang di pedewaq atau
kemaliq (ritual waktu telu) disebut begawe rasul. Sebelum upacara ngurisang
dimulai terlebih dahulu dibuatkan umbaq kombong yaitu umbaq yang rumbainya
tidak terdapat ikatan kepeng bolong (uang logam China). Jika terdapat ikatan
pada rumbainya maka umbaq tersebut dipergunakan pada upacara ngayu-ayu di
masyarakat Sasak.
Tenun
umbaq kombong dibuat oleh ibu atau nenek yang dipandang memiliki kemampuan
secara spiritual dan tidak dalam keadaan kotor. Jika tidak memiliki kemampuan
dapat mendatangkan bencana bagi si penenun.
·
NYUNATANG
Nyunatang
(Khitanan) selain merupakan acara adat, juga merupakan acara keagamaan dalam
hal ini terkenal dengan nama “nyunatang”. Pada
umumnya suku Sasak memeluk agama Islam yang dalam ajarannuya diperintahkan bagi
anak laki-laki untuk dikhitan ( nyunatang).
Dalam nyunatang terjadi pertalian antara
nilai-nilai agama Islam dengan Tradisi lama yang berkembang dalam suku Sasak,
sehingga diadakan pada bulan Maulid nabi besar Muhammad SAW. Anak laki-laki
yang akan dikhitan bisanya berumur lima tahun atau tujuh tahun, namun dalam
prakteknya anak-anak berumur empat tahun pun dikhitan. Dalam upacara nyunatang ada beberapa hal yang harus dilakukan :
-
Menjelang Nyunatang
Upacara
adat nyunatang adalah salah satu upacara yang sangat penting bagi masyarakat
Sasak yang selalu dipestakan yang disebut begawe. Dalam prosesi begawe ini banyak sekali dilalui berbagai macam acara
seperti pergi membersihkan beras ke mata air yang diiringi dengan bunyi-bunyian
musik tradisional gendang belek atau gamelan.
-
Pelaksanaan Nyunatang
Sehari
sebelum pelaksanaan nyunatang terlebih dahulu diambilkan air kemaliq untuk
disiram ke ujung kemaluan yang akan dipotong , biasanya diiringi dengan
bunyi-bunyian. Proses penyiraman dan pemandian dilangsungkan pada tengah malam.
Pada keesokan harinya untuk menyenangkan anak yang akan disunat maka anak
tersebut diarak dengan praja (kuda/singa kayu) yang diiringi dengan musik dan
rombongan yang berpakaian adat.
Anak yang
akan dikhitan dibawa ketempat penyunatan (sepekat). Setelah disunat segera
diobati, untuk mengurangi pendcarahan pada bekas sunatan, ditaburi bulu kucing
yang dicampur dengan kuning telur, supaya lekas kering ditaburi dengan batu
karang yang telah ditumbuk halus.
Pada
masyarakat Sasak, upacara nyunatang dilaksanakan pada hari Kamis sebagai
puncak acara dalam bulan Maulid. Hal ini dikaitkan dengan kelahiran seorang
Rasul pembawa agama Islam. Kegiatan ini bermakna simbolis atas pengakuan,
pembentukan dan pembinaan dalam fase awal untuk menjadi seorang muslim. Oleh
karena itu, diyakini sangat tepat upacara nyunatang dirangkaikan dengan
peringatan akhir kelahiran Nabi.
2.
Adat istiadat
kematian
Dalam siklus
kehidupan manusia, peristiwa kematian merupakan akhir
kehidupan seseorang di dunia. Masyarakat meyakini kehidupan lain setelah
kematian. Di beberapa kelompok masyarakat dilakukan persiapanbagi si mati.
Salah satu peristiwa yang harus dilakukan
adalah penguburan. Penguburan meliputi
perawatan mayat termasuk membersihkan, merapikan,
atau mengawetkan mayat.Upacara adat kematian yang dilaksanakan sebelum acara penguburan meliputi beberapa tahapan yaitu:
a.
Belangar.
Masyarakat sasak lombok pada umumnya menganut agama islam sehingga setiap
ada yang meninggal ada bebrapa proses yanng dilalui. Pertama kali yang
dilakukan adalah memukul beduk dengan irama pukulan yang panjang. Hal ini
sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa ada seorang warga yang meninggal.
Setelah itu maka masyarakat berdatangan baik dari desa tersebut atau desa-desa
yang lain yang msih dinyatakan ada hubungan keluarga, kerabat persahabatan dan
handai taulan. Kedatangan masyarakat ke tempat acara kematian tesebut disebut
langgar (melayat).
Tradisi berlangar bertujuan untuk menghibur teman, sahabta yang
ditinggalkan mati oleh keluarganya, mereka biasanya membawa beras seadanya guna
membantu meringankan beban yang terkena musibah.
b.
Memandikan
Dalam pelaksanannya, apabila yang meninggal laki-laki maka yang
memandikannya adalah laki-laki, sebaliknya apabila yang meninggal adalah
perempuan maka yang memandikannya adalah perempuan. Perlakuan pada orang yang
meninggal tidak dibedakan meskipun dari segi usia yang meninggal itu baru
berumur sehari. Adapun yan memandikan itu biasanya tokoh agama setempat. Adapun
macam air yng digunkan adalah air sumur. Setelah di mandikan, mayat
dibungkuskan pada acara ini, biasanya si mayat di taburi keratan kayu cendaya atau cecame.
c.
Betukaq (Penguburan)
Adapun upacara-upacara yang dilaksanakan sebelum penguburanmeliputi
beberapa persiapan yaitu:
-
Setelah
seseorang dinyatakan meninggal maka orang tersebut dihadapkan ke kiblat.
Diruang tempat orang yang meninggal dibakar kemenyan dan dipasangi di
langit-langit (bebaok) dengan menggunakan kain putih (selempuri) dan kain
tersebut baru boleh dibuka setelah harikesembilan meninggalnya orang tersebut.
Selesai dibungkus si mayat disalatkan oleh keluarganya sebagai salat pelepasan,
lalu dibawa ke masjid atau musala.
-
Pada hari
tersebut (jelo mate) diadakan unjuran sebagai pnyusuran bumi (penghormatan bagi
yang meninggak dan akan dimasukkan kedalam kubur), untuk itu perlu
penyembelihan hewan sebagai tumbal.
d.
Nelung dan Mituq
Upacara ini dilakukan keluarga untuk doa keselamatan arwah yang meninggal
dengan harapan dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, selain itu keluarga
yang ditinggalkan tabah menerima kenyataan dan cobaaan. Selanjutnya diikuti
dengan upacara nyiwak dan begawe dengan persiapan sebagai berikut :
-
Mengumpulkan kayu bakar.
Kayu biasanya dipersiapkan pada hari nelung (ketiga) dan mitu (hari
ketujuh) dengan cara perebak kayu (menebang pohon)
-
Pembuatan tetaring.
Pembuaan tetaringg terbuat dari daun kelapayang dianyam dan digunakan
sebagai tempat para tamu undangan (temue) duduk bersila.
-
Penyerahan bahan-bahan begawe.
Penyerahan dari epen gawe (yang punya gawe) kepada inaq gawe. Penyerahan
inidilakukan pada hari mituq. Emudian inaq gawe menyerahkan alat-alat upacara.
-
Dulang Inggas Dingari
Disajikan kepada penghulu atau kyai yang menyatakan orang tersebut
meninggaldunia. Dulang inggas dingari ini harus disajikan tengah malam
kesembilan hari meninggal dengan maksud bahwa pemberitahuan bahwa besok
diadakan upacara sembilan hari.
-
Dulang penamat
Adapun maksudnya simbolhak milik dariorang yang meninggal semasa hidupnya
harus diserahkan secara sukarela kepada orang yang berhak mendapatkannya.
Kemudian semua keluarga dan undangan dipimpin oleh kyai melakukan doa selamatan
untuk arwah yang meninggal agar diterima Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang
ditinggalkan mengikhlaskan kepergiannya.
-
Dulang talet Mesan (Penempatan Batu Nisan)
Dimaksudkan sebagai dulang yang diisi dengan nasi putih, lauk berupa burung
merpati dan beberapa jenis jajan untuk dipergunakan sebelum nisan dipasang oleh
kyai yang memimpin doa yang kemudian dulang ini dibagikan kepada orang yang
ikut serta pada saat itu. Setelah berakhirnya upacara ini selesailah upacara
nyiwak.
Adapun
rangkaian upacara kematian pada masyarakat Sasak yaitu:
a.
hari pertama
disebut nepong tanaq atau nuyusur tanaq. Pemberian informasi kepada warga desa
bahwa ada yang meninggal.
b.
Hari kedua tidak ada yang
bersifat ritual.
c.
Hari keetiga
disebut nelung yaitu penyiapan aiq wangi
dan dimasukkan kepeng bolong untuk didoakan.
d.
Hari keempat menyiram aiq
wangi ke kuburan.
e.
Hari kelima melaksanakan bukang daiq artinya mulai membacaAQur’an.
f.
Hari keenam melanjutkan membaca Al-Qur’an.
g.
Hari ketujuh disebut Mituq dirangkai
dengan pembacaan Al-Qur’an.
h.
Hari kedelapan tidak ada acara ritual yang dilaksanakan, dan
i.
Hari kesembilan yang sebut Nyiwaq atau Nyenge dengan acara akhir
perebahan jangkih.
3.
Pernikahan
Salah satu adat menjelang berlangsungnya prosesi pernikahan yang sangat
unik dan sarat akan makna adalah adat yang terdapat dalam budaya suku Sasak.
Dalam budaya suku sasak, pernikahan dilaksanakan dengan cara menculik si calon
istri oleh calon suami yang disebut dengan istilah kawin culik. Tapi tentu,
penculikan calon istri oleh calon suami ini dilakukan berdasarkan aturan main
yang yang telah disepakati bersama melalui lembaga adat. Mungkin inilah
satu-satunya penculikan di dunia yang dilegalkan dan harus patuh pada aturan
main.
Kawin culik ini akan berlangsung setelah si gadis memilih satu di antara
kekasih-kekasihnya. Mereka akan membuat suatu kesepakatan kapan penculikan bisa
dilakukan. Perjanjian atau kesepakatan antara seorang gadis sebagai calon istri
oleh penculiknya ini harus benar-benar dirahasiakan, untuk menjaga kemungkinan gagal
ditengah jalannya aksi penculikan tersebab oleh hal-hal seperti dijegal oleh
laki-laki lain yang juga memiliki hasrat untuk menyunting sang gadis. Hal ini
dilakukan misalnya dengan jalan merampas anak gadis ketika ia bersama san calon
suaminya dalam perjalanan menuju rumah calon suaminya. Ini pula sebabnya,
penculikan pada siang hari dilarang keras oleh adat karena dikhawatirkan
penculikan pada siang hari akan mudah diketahui oleh orang banyak termasuk juga
rival-rival dari sang penculik yang juga menghasratkan sang gadis untuk menjadi
istrinya. Disamping merupakan rahasia untuk para kekasih sang dara, penculikan
ini pun harus dirahasiakan dan jangan sampai bocor ke telinga orang tua sang
gadis. Kalau saja kemudian setelah mengetahui orang tuanya tidak setujui
anaknya untuk menikah, di sini orang tua baru boleh bertindak untuk menjodohkan
anak gadisnya dengan pilihan mereka. Keadaan ini yang disebut Pedait.
Meskipun pada kenyatannya orang tua boleh untuk tidak bersetuju dengan
calon menantunya (yang dalam hal ini lelaki yang menculik anak gadisnya)
tapi, untuk basa-basi sekaligus menghormati perasaan orang tua sang lelaki,
perasaan tersebut sama sekali tak boleh ditunjukan pada saat acara midang. Maka
dari itu, demi menghindari penculikan oleh lelaki yang bukan merupakan calon
menantu yang dikehendaki, begitu mendengar selentingan kabar akan adanya
penculikan, maka biasanya sang gadis dilarikan ke tempat famili calon suami
yang jauh dari desa atau dasan si gadis atau dasan si calon suaminya.
Dan karena penculikan anak gadis oleh lelaki yang akan menyuntingnya adalah
satu-satunya perbuatan penculikan yang diperbolehkan adat, maka tentu perbuatan
ini pun mempunyai aturan permainan yang telah di atur oleh adat. Keributan yang
terjadi karena penculikan sang gadis di luar ketentuan adat, kepada penculiknya
dikenakan sangsi sebagai berikut :
Denda Pati
Denda Pati adalah denda adat yang harus ditanggung oleh sang penculik atau
keluarga sang penculik apabila penculikan tersebut berhasil tapi menimbulkan keributan
dalam prosesnya.
Ngurayang
Ngurayang adalah denda adat yang dikenakan pada penculik gadis yang
menimbulkan keributan karena penculikn tidak dengan persetujuan sang gadis.
Karena sang gadis tidak setuju dan sang penculik memaksa maka biasanya penculikan
ini gagal.
Ngeberayang
Ngeberayang adalah denda adat yang harus dibayar oleh sang penculik atau
keluarganya dikarenakan proses penculikan terjadi kegagalan dan terjadi
keributan karena beberapa hal seperti penculikan digagalkan oleh rival sang
penculik, dan sebagainya.
Ngabesaken
Ngabesaken adalah denda adat yang dikenakan kepada penculik karena
penculikan dilakukan pada siang hari yang pada akhirnya terjadi keributan.
Denda adat yang harus dibayar
tersebut apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran seperti yang telah dikemukakan
di atas adalah dalam bentuk uang dengan nominal tertentu dan telah diatur oleh
adat. Selanjutnya uang denda yang dibayar oleh penculik yang gagal itu akan
diserahkan kepada kampung melalui ketua kerame yang kemudian diteruskan kepada
kepala kampung untuk kesejahteraan kampung.
Bilamana seorang gadis berhasil
diculik, maka pada malam itu juga dilanjutkan dengan acara mangan merangkat,
yaitu suatu upacara adat yang menyambut kedatangan si gadis di rumah calon
suaminya. Hal ini merupakan upacara peresmian masuknya di gadis dalam keluarga
calon suaminya. Dalam mangan merangkat ini adalah semacam penyambutan dan
perkenalan untuk sang gadis terhadap keluarga calon suaminya. Acara mangan
merangkat ini iawali dengan totok telok yaitu calon mempelai memecahkan telur
bersama-sama pada perangkat (sesajen) yang telah disediakan. Totok telok adalah
lambang kesanggupan calon mempelai untuk hidup dengan istrinya dalam bahtera
rumah tangga.
Baru kemudian pada pagi harinya,
keluarga calon suami sang gadis (dalam hal ini yang telah menculiknya) akan
mendatangi rumah orang tua sang gadis untuk memberitahukan bahwa anak gadisnya
dipersunting oleh anaknya. Peristiwa datangnya keluarga sang lelaki ini disebut
dengan Masejatik atau Nyelabar. Tujuan utama dari Masejatik adalah media
perundingan guna membicarakan kelajutan upacara-upacara adat perkawinan serta
segala sesuatu yang dibutuhkan dalam perkawinan. Dalam hal ini yang
pertama-tama harus diselesaikan adalah acara akad nikah. Pada waktu akad nikah
tersebut orang tua si gadis memberikan kesaksian di hadapan penghulu desa dan
pemuka-pemuka masyarakat serta para tokoh adat lainnya. Dalam acara ini
bilamana orang tua si gadis berhalangan, ia dapat menunjuk seseorang untuk
mewakilinya.
Dan acara ini berpuncak pada adat
perkawinan yang disebut dengan sorong doe, yakni saat di mana rumah kediaman
orang tua si gadis akan kedatangan rombongan dari keluarga mempelai lelaki.
Kedatangan rombongan sorong doe ini disebut nyongkol. Acara inti dari sorong
doe adalah tentang pengajuan dana yang diminta oleh orang tua sang gadis untuk
menyambut para penyongkol yang disebut dengan kepeng tagih (uang tagihan). Uang
tagih lainnya juga berupa kepeng pelengkak yaitu uang tagih dari kakak
laki-laki mempelai wanita yang belum menikah, sedangkan kalau ada uang kakak
permpuan perempuan mempelai wanita yang belum menikah tidak ada uang
tagihannya.
4.
Presean Simbol Kejantanan Taruna (Pemuda) Sasak
Budaya
Presean atau bertarung dengan rotan memang sudah dikenal masyarakat Lombok
sejak lama. Namun budaya yang penuh dengan kekerasan itu berubah menjadi unik
ketika dipadukan gaya bela diri yang unik dan lucu dari pemainnya.
Presean
adalah salah salah satu kekayaan budaya bumi gogo rancah (lombok). Acara ini
berupa pertarungan dua lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan (penjalin)
serta berperisai kulit kerbau tebal dan keras (ende). Petarung biasa disebut
pepadu. Presean bermula dari luapan emosi para prajurit jaman kerajaan taun
jebot (dahulu kala) sehabis mengalahkan lawan di medan perang. Acara tarung
presean ini juga diadakan untuk menguji keberanian/nyali lelaki sasak yang
wajib jantan dan heroik saat itu.
Uniknya
dari pertarungan presean, pesertanya tidak pernah dipersiapkan secara khusus.
Pepadu atau petarung diambil dari penonton yang mau adu nyali dan
ketangguhan mempermainkan tongkat rotan dan perisai yang disediakan.
Penonton/calon peserta bisa mengajukan diri atau dipilih oleh wasit pinggir
(pakembar sedi). Setelah mendapat lawan, pertarungan akan dimulai dan dimpimpin
oleh wasit tengah (pekembar).
Tarian rotan dari Lombok ini sudah dikenal
masyarakat Sasak secara turun temurun. Awalnya merupakan sebuah bagian dari
upacara adat yang menjadi ritual untuk memohon hujan ketika kemarau
panjang. Sebuah tradisi-yang dalam perkembangan kemudian-sekaligus berfungsi
sebagai hiburan yang banyak diminati. Sebagai salah satu upaya melestarikan
budaya daerah, Presean Lombok pun mulai sering dilombakan. Pertandingan diakhir
dengan salam dan pelukan persahabatan antar petarung. Tanda tiada dendam dan
semua hanyalah permainan. Benar-benar sportif.
Adegan seperti ini sering di lakukan masyarakat pulau
lombok apa bila ada acara adat, tidak heran masyarakat sangat antusias untuk
menonton acara seperti ini,selain dapat menarik wisatawan mancanegara wisatawan
lokal pun berbondong-bondong menyaksikan acara ini. Dalam adengan presean tidak
jarang salah satu dari orang yang presean mengalami luka yang cukup parah tapi
mereka tetap senang dan bergembira
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Era
Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data
dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah
lombok. Suku Sasak temasuk dalam ras tipe
melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan
diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu,
dengan demikian perdagangn antar pulau sudah aktif terjadi sejak zaman tesebut
dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antar budaya juga telah menyebar.
Kebudayaan suku sasak terlihat pada upacara kelahiran,
kematian, dan pernikahan. Berbagai upacara adat yang ilakukan ketika sebelum
dan sesudah melahirkan anak adalah bretes, melahirkan anak, molang malik,
ngurisang, dan nyunatang. Sedangkan berbagai upacara adat kematian adalah
seperti belangar, memandikan, betukak (penguburan), nelung dan mituk.
Pada acara pernikahan juga dapat terlihat adat pernikahan
yaitu kawin culik dimana yang menjadi penculiknya adalah calon pengantin pria.
Apabila sang penculik melanggar ketentuan adat makan mendapatkan denda seperti
denda pati, ngurayang, ngeberayang, dan ngebesaken.
B. Saran
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam
pembuatan makalah adat
kebudayaan suku sasak lombok ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari para
pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar